Kenapa Sih Harus menjadi Guru Penggerak?

Kenapa Sih Harus menjadi Guru Penggerak?

Menjadi guru yang senang belajar itu ternyata mengasikan. Tidak semua guru senang belajar loh. Maksudnya saat sudah menjadi guru cukup mengajar dan lakukan yang menjadi hal yang nyaman saja. Apalagi guru yang sudah di zona nyaman, Menjadi guru swasta itu membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Bahagia rasanya bisa berada di satlah satu sekolah swasta yang terbaik di Bandung. SMP Taruna Bakti bagi saya sekolah yang banyak memberikan pelajaran khususnya tolerasi, karena di SMP Taruna Bakti apapun agamanya itu guru agamanya ada loh. Nah sekolah mana yang seperti itu ? Kerenkan SMP Taruna Bakti, pastinya.

Mulai mengajar dari tahun 2008 di SMP Taruna Bakti adalah perjalanan panjang sampai ke titik ini. Maksud titik ini adalah bisa mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10. Alhamdulilah bisa diangkat menjadi Guru Tetap Yayasan Taruna Bakti di tahun 2015 menjadi hal yang sangat membanggakan. Setelah mendapatkan GTY peluang untuk mendapatkan NUPT dan mengikuti UKG itu terbuka lebar. Sampai saat ini sudah bisa menyadang gelar Gr dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tahun 2019.

Tahun 2024 menjadi hal yang sangat mengembirakan bisa mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 10. Berniat dari angkatan 4 dan setelah daftar 4 kali, alhamdulillah di kesempatan ke 4 bisa lulus dan mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Ternyata tidak semua yang lulus mendapatkan kesempatan sekarang di angkatan 10 mengikuti pendidikan.

Hal yang sangat penting berdasarkan pemikiran saya bukan fokus ke nama program apapun sebutan namamm gurunya sebenarnya tidak terlalu penting. Sebutan Guru Penggerak tidak menjadi sebuah keharusan akan tetapi ilmu apa yang akan diberikan dalam Pendidikan Guru Penggerak ini. Apakah akan ada perubahan setelah mengikuti kegiatan PGP ini, sama halnya seperti kegiatan ramadan. Setiap tahun semua muslim di dunia ini mengikuti kegiatan Ramadan dengan serangkaian ibadah yang luar biasa, apakah setelah Ramadan akan menjadi lebih baik?

Belajar sepanjang hayat menjadi hal yang utama. Belajar tak mengenal waktu selama masih hidup banyak hal yang perlu dipelajari, apalagi ini berkaitan dengan profesi guru. Sebelum ada guru penggerak saya memang sangat antusias mengikuti kegiatan yang bisa menambah pengetahuan, pengalaman dan kenalan . Kegiatan yang saya ikut tidak hanya mengerjakan selembar pengakuan bahwa ada bukti dalam mengikuti kegiatan tersebut.

Sebagai guru dan warga negara yang baik saya belajar untuk terus mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara. Sangat jelas dengan adanya Pancasila itu bisa menjadi pijakan saat menjalankan profesi guru. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, sangat luar bisa apabila dalam keseharian itu bisa dipraktikan dan ditebarkan seluas-luasnya di berbagai kesempatan apalagi di kelas.

Ini contoh sebuah kejadian di kelas yang saya coba terapkan dengan mengamalkan Pancasila. Hari Jumat di SMP Taruna Bakti setiap murid diwajibkan menggunakan batik. Saat jam pembelajaran ke 5 di lab komputer masuklah seluruh murid kelas 8 (ngak usah disebukan kelas lengkapnya ya). Saya melihat seorang murid tidak menggunakan batik. “Kamu kenapa ngak menggunakan batik?” tanyaku. “Iya pak maaf” begitu jawab murid tersebut. Apa yang saya lakukan ? Apakah langsung menghukum murid tersebut? Apakah tidak memberikan kesempatan belajar di kelas?

Ok, teman-teman, ini ada teman kita yang tidak menggunakan pakaian batik. Kalian tahu semuanya ya bahwa hari Jumat kita semua harus menggunakan baju batik. Nah sekarang teman kalian tidak menggunakannya, bapak mau tanya adakah diantara kalian yang keberatan bahwa teman kalian belajar bersama di kelas walau tidak memenuhi aturan yang sudah ditetapkan. Sekarang silahkan yang keberatan kalau temannya ikut belajar di sekolah untuk berdiri!

Jumlah siswa ada 25, berarti ada 24 temannya yang akan memberikan sikap atas kejadian ini. Ternyata ada 5 orang yang berdiri tidak setuju temannya belajar di kelas dan ada 19 orang yang masih berbaik hati memberikan kesempatan anak tersebut belajar. Kamu marah ngak ke teman kamu yang meminta kamu ngak belajar di kelas ? tanyaku. Tidak pak, karena meman.g saya salah tidak memenuhi aturan dengan baik.

Saya ajak anak ini bicara di depan kelas untuk mengucapkan terima kasih kepada semua karena bisa belajar bersama. Saya jelaskan mengapa ini dilakukan. Walau seorang guru tetapi tidak menggunakan otoritasnya untuk memberikan sebuah tindakan atas pelanggaran tersebut. Saya jelaskan Tuhan Maha baik, tuhan tidak akan langsung memberikan hukuman kepada orang yang melakukan kesalahan. Lihatlah yang korupsi, pada saat mereka korupsi, Tuhan tidak mengirim malaikat untuk memberikan hukuman.

Menjadi seorang guru bukanlah menjadi sosok yang paling benar, paling pintar akan tetapi guru mampu belajar dengan sifat-sifat Tuhan yang bisa diterapkan dalam keseharian baik di dalam dan luar kelas. Pancasila harasnya sudah sangat tegas memberikan aturan hidup di Indonesia untuk menajadi lebih baik. Pancasila mengharapkan mencetak orang yang berketuhanan. Orang yang berketuhanan maka akan berkemanusiaan. Orang yang berkemanusiaan maka akan menjadi persatuan yang luar biasa. Orang yang bersatu bisa melakukan musyarawah untuk menjadi manusia yang adil dan beradab.

Semoga Progam Guru Penggerak (PGP) tidak hanya keren dengan label Guru Pengerak akan tetapi menjadi guru yang seutuhnya. (Mr. Bams)

Lebakwangi Asri, 17 Maret 2024 pukul 07.16
Hari ke 6 Ramadan 1445 H

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *