Kiriman Paket Buku yang Mengharukan

Edisi #2

Diawal berdirinya taman baca ini diberi nama Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Ayah Salwa. Penggunaan nama Ayah Salwa merupakan lanjutan dari branding nama Ayah Salwa sebagai pendongeng. Ayah Salwa sendiri telah digunakan sejak tahun 2003. Maklum gara-gara doyan seminar, saya menggunakan nama Ayah Salwa sebagai pendongeng karena ingin berbeda dengan pendongeng yang lain. Pendongeng yang lain biasanya menggunakan kakak.

TBM Ayah Salwa memanfaatkan media sosial saat itu tahun 2011 dengan facebook. Setiap kegiatan diposting dengan menggunakan account Bambang Ayah Salwa. Facebook Bambang Ayah Salwa saat ini masih aktif, hanya sayang sudah tidak bisa nambah pertemanan.

Ada pengalaman yang mengharukan, saat kami pulang bertiga. Kami mengendarai sepeda motor. Namanya Orekel, motor merk Suzuki dengan type Thunder. Motor ini besar, bila membawa barang suka rada repot. Pulang kerja, saya dan isteri harus menjemput Salwa di rumah neneknya. Salwa yang masih duduk di kelas 2, saya sekolahkan dekat rumah neneknya.

Saat kami pulang dari rumah neneknya atau ibu saya. Jarak dari rumah Ema ke rumah kami hanya 2 KM. Kami pulang bertiga, sambil membawa buku kiriman dari Surabaya. Buku itu saya simpan didepan diatas tangki motor. Saat ditengah jalan, Salwa ingin dibelikan aromanis. Makanan yang terbuat dari gula, yang berwarna merah dibungkus pelastk bening sehingga terlihat jelas.

Saat kami belok masuk ke perumahan, rupanya saya ngak bisa mengendalikan laju motor. Braaak….kami terjatuh bertiga. Salwa pun menangis. Untungnya saat itu ada dua motor yang melitas dan berhenti untuk menolong kami. Kebetulan satu arah. Isteri dan Salwa ada yang membonceng. Saya terhenti sebentar sambil merasakan kaget dan sakit. Sampai di rumah, Salwa masih menangis. Menangis bukan karena sakit tetapi menangis karena makanan aromanisnya tidak bisa lagi dimakan. Sambil membereskan buku yang ada di dus, paket dari Surabaya. Alhamdulillah nambah lagi koleksi buku kami.

13 Komentar


  1. wow……. keren!!!!

    Balas

    1. Semoga perpus semakin hebat.

      Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *