026 | Erike Wulandari, S. Pd. | SMKN 1 Dua Koto Kabupaten Pasaman | Sumatera Barat | teacherkey.blogspot.com |
Guru Literat Aktor Pembangun Negeri bersama Mr.Bams
Berdasarkan indikator literasi Progress in International Reading Literacy Studies (PIRLS) Indonesia berada pada peringkat ke-42 dari 45 negara pada tahun 2011. Memberi gambaran kepada pemerhati pendidikan tentang daya literasi bangsa di mata dunia. Kemana jiwa merdeka berliterasi membangun negeri memperjuangkan kemerdekaan bangsa sebagaimana memperebutkan kemerdekaan dari penjajahan?
Literasi bukanlah kata asing bagi bangsa yang berakar pada budaya negeri. Dikutip dari KBBI literasi merupakan suatu kemampuan dari individu untuk mengolah sebuah informasi dan pengetahuan atau wawasan serta kecakapan hidup. Hadir dalam ranah kehidupan di setiap sudut negeri. Memberi ruh kepada insan yang haus akan ilmu kehidupan. Guru sebagai agen sosial yang diminta khalayak banyak untuk memberikan bantuan kepada warga yang akan dan sedang berada di bangku sekolah meningkatkan literasi. Terkadang ada kata yang teruntai ‘berilah aku guru yang HEBAT (Hadapi tantangan, Energi maksimal, Bangun motivasi, Ambil kesempatan dan Teguh berprinsip) literasi, yang dengan kurikulum yang jelek sekalipun akan dapat dihasilkan lulusan yang hebat literasi’.
Literat ditandai bila seseorang sudah kompeten dan cakap dalam beradaptasi, berfikir positif dan membicarakan solusi. Guru literat mampu mengurai data yang beredar di kancah dunia menjadi rumus meningkatkan literasi. Menciptakan karya yang tidak lekang oleh waktu. Buku cetak maupun digital. Konten inspiratif dan karya digital lainnya. Salah satu perhitungannya yaitu indikator Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca). Pada tahun 2019 Litbang Kemendikbud menyatakan tingkat aktivitas literasi berjumlah 37,32 % yang berarti pada posisi rendah. Komponen kegiatannya terbentuk atas empat indeks dimensi; kecakapan 75,92%, akses 23, 09%, alternatif 40, 49 % dan budaya 28,50 %. Sehingga guru literat dapat memperdayakan keadaan atas dasar kesadaran belajar, kemampuan memahami realita, dan mampu menstranformasikan pikiran ke dalam tindakan nyata di Era society 5.0. dimana kita ketahui bersama bahwa kemampuan membaca merupakan fondasi dari pembangunan kualitas bangsa.
Sebagai seorang guru yang memiliki kompetensi pada bidang yang diampunya di satuan pendidikan, perlu menguasai 6 literasi dasar; baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial serta budaya dan kewarganegaraan. Salah satunya menguasai literasi digital. Pada tahun 2020, Indek Keberadaan Digital (Digital Civility Index) Indonesia adalah salah satu yang terburuk di dunia, urutan 29 dari 32 Negara, dan yang paling buruk di asia Tenggara berdasarkan hasil Microsoft Indonesia Mews Center, 11 Feb 2020. Data tersebut memberikan gambaran bahwa dimanakah posisi guru, bila gurunya gagap dalam mengakses, memanfaatkan, mendistribusikan dalam pengunaan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi.
Sumber yang berasal dari BPS (2022) dan Kominfo (2020) menyimpulkan bahwa akses masyarakat ke teknologi informasi semakin meningkat, namun tidak diikuti oleh kemampuan memilah informasi. Dibuktikan dengan lima tahun terakhir, akses masyarakat terhadap Teknologi Informassi dan Komunikasi (TIK) meningkat sangat pesat. Proporsi masyarakat usia 15-19 dengan keterampilan TIK meningkat dari 27,04% (2015) menjadi 64,26 % (2020). Meski demikian, masih terdapat isu kesenjangan antarwilayah di mana pada tahun 2020 terdapat wilayah dengan proporsi masyarakat yang memiliki keterampilan TIK sebesar 30,93%. Inovasi Teknologi Digital diperlukan sebagai upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses, mengelola, serta memanfaatkan informasi dan pengetahuan untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan.
Masyarakat berpengetahuan atau masyarakat literat menjadi dasar fondasi sosial yang sangat kokoh untuk mendorong proses transformasi masyarakat menuju kehidupan yang sejahtera serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki watak kosmopolitanisme dan berkarakter dalam budaya literasi. Seorang guru yang merupakan bagian dari tokoh masyarakat menjadi tolak ukur dalam meningkatkan literasi bangsa. Sekaligus pelaksana visi Presiden periode 2020-2024, yaitu: “Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong melalui penguatan budaya literasi”.
Hal ini bisa kita lihat dari berbagai negara seperti Jepang yang menempati peringkat paling tinggi dalam hal literasi dan numerasi, namun lebih dari 20% penduduk dewasa dengan kemahiran paling tinggi justru tidak ada di pasar kerja. Norwegia hanya 9% penduduk dewasa yang mahir literasi dan numerasi yang tidak ada di pasar kerja. Begitu juga dengan Italia lebih serius lagi, kurang dari 5% angkatan kerja yang mahir literasi dan numerassi, 1 dari 4 orang tidak tercatat berada di pasar kerja dan 5% yang lainnya menganggur berdasarkan sumber OECD, Skilled for life? Key Findings From The Survey of Adult Skills (2013).
Melirik dari sumber https://knowledge4all.com/country-profile?Countryld=1054
Indonesia memiliki kinerja yang moderat di dalam kapasitas ilmu pengetahuan. Meraih peringkat ke-87 dari 154 negara dalam Global Knowledge Index 2021. Ini membuktikan bahwa Indonesia masih perlu melakukan upaya peningkatan kapasitas di bidang pengetahuan melalui berbagai strategi program dan kegiatan yang tepat, termasuk pengembangan akses teknologi informassi dan penguatan literasi baru.
Menyingkapi data tersebat berbagai inovasi yang lahir di revolusi industry 4.0 mempercepat perubahan pembelajaran dari kelas konvensional menjadi hybrid learning/ blended learning atau kelas campuran. Percepatan terjadi dikala kondisi Covid-19 mengguncang dunia. Sanggup tak sanggup guru dipaksa merubah pola nyaman untuk mempelajari inovasi pembelajaran. LIterasi digital menjadi alternatif tersendiri dalam menguasai inovasi pembelajaran. Berkah yang tidak dapat diukur ketika guru mengambil peluang untuk meningkatkan kompetensi dengan berbagai pelatihan dan sejenisnya pada masa itu. Mereka menerima berbagai input pemahaman kedalam pikirannya. Menyerap informasi untuk memilah dan memilih keputusan terbaik yang mudah digunakan serta berorientasi pada siswa.
Guru yang melek teknologi sanggup menerapkan pola keterampilan abad 21 Creativity, Critical Thinking, Communication, dan Collaboration (4C) secara maksimal. Terus berinovasi mencipta dan berkarya. Banyak terobosan baru muncul selama kondisi covid melanda. Merubah semua paradigma berpikir pemangku kepentingan pendidikan. Muncul guru literat yang terus berprestasi menunjukan kemampuannya. Keluar dari sekat-sekat yang membelenggu menjadi hamparan luas tanpa batas meningkatkan karirnya (penulis, youtuber, enterpreneur dll). Memunculkan newbie kepermukaan menatap perubahan pendidikan masa depan.
Terbuka lebarnya pemanfaatan OER Open Educational Resources dalam kegiatan pembelajaran menemukan informasi memberdekakan guru menerima input pengetahuan dari segala arah. Guru yang sejatinya manusia yang tidak pernah berhenti belajar terus bermetamorfosa. Ketika teknologi berperan penting dalam perekonomian dan aneka jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan analisis dan keterampilan komunikasi, ada korelasi positif antara kemampuan literasi (reading skills) dan produktivitas tinggi.
Bagi seorang guru dalam membangun negeri tidak harus selalu dengan upaya yang besar, tetapi cukup dengan meningkatkan kompetensi intrinsik individu untuk terus berkembang. Jejak perjuangan sekarang akan tampak bila sudah melangkah lebih jauh. Berdiri sendiri tanpa melangkah karena takut bergerak tidak akan membuat bumi berhenti berputar. Teruslah melangkah sedikit demi sedikit. Awal besar dimulai dari langkah permulaan. Sekarang belum terlambat untuk maju sebab bangsa yang maju adalah bangsa pembaca.
Penulis: Erike Wulandari lahir di Sungai Abang 18 Januari 1986. Mengabdi di SMKN 1 Dua Koto Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat semenjak tahun 2019. Dengan email: erikewulandari01@mrbamsdanayahsalwa
Permalink
Tulisan yang jelas dan terinci, semangat ibu….
Permalink
Terima kasih bu, semoga yang baca tergerak untuk jadi aktor perubahan. Amin
Permalink
Mantap Bu. Terima kasih atas tulisannya yg menginpirasi 😊
Permalink
Terima kasih bu lili.
Permalink
Luar biasa tulisannya
Permalink
Terima kasih Om Jay, jauh dari tema sepertinya Om.
Permalink
Mantap sekali tulisannya..
Permalink
Terima kasih bu. Ibu juga pasti bisa selama masih ada kemauan dan kemampuan untuk merubah literasi bangsa kearah yang lebih maju lagi. Ayo Ibu Lely bergerak menuju perubahan peradaban Indonesia yang dimulai dari kita sendiri. Salam literasi.