Deskripsi
Murid di kelas adalah manusia ciptaan Tuhan. Begitu hebatnya bagaimana Tuhan mengurus manusia sejak lahir hingga nanti meninggal. Sebagai guru saya punya cara pandang terhadap murid tak sebatas orang sedang belajar akan tetapi sebagian manusia ciptaan Tuhan. Guru selayalnya terus berusaha untuk menjadikan proses pembelajaran yang penuh welas asih, selayaknya Tuhan mengasihi seluruh umatnya.
Mengajar dengan melibatkan Tuhan itu akan membuat diri kita selalu terknokesi kepada Tuhan. Kata yang keluar dari mukut seorang guru semoga terlalu terjaga karena selalu ingat Tuhan. Aksi yang dilakukan kepada murid selalu terbimbing karena selalu ingat Tuhan. Sifat-sifat Tuhan bisa dibawa ke kelas bahkan dimana saja saat berinteraksi dengan murid dan siapapun. Guru tidak akan mudah march, guru tidak gampang memberikan hukuman akan tetapi layaknya Tuhan selalu hadir dalam kondisi apapun.
Rasa, Nilai dan Sikap
Rasa adalah pengalaman subjektif yang muncul dari aktivasi indra kita. Rasa dapat berupa rasa manis, asin, pahit, asam, gurih, atau kombinasi dari beberapa rasa.expand_more Rasa juga dapat merujuk pada sensasi fisik lainnya, seperti rasa sakit atau sentuhan.
Nilai adalah keyakinan dasar tentang apa yang benar dan salah, baik dan buruk, atau penting dan tidak penting.expand_more Nilai mencerminkan standar dan ideal yang kita pegang teguh.expand_more Nilai dapat bersifat pribadi atau sosial, dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti budaya, agama, dan pengalaman hidup.
Sikap adalah kecenderungan untuk berperilaku atau bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang, objek, atau ide. Sikap didasarkan pada kombinasi rasa, nilai, dan keyakinan kita. Sikap dapat bersifat positif, negatif, atau netral.
Hubungan antara rasa, nilai, dan sikap:
Rasa, nilai, dan sikap saling terkait dan dapat memengaruhi satu sama lain.
- Rasa dapat memengaruhi nilai kita. Misalnya, jika kita memiliki pengalaman negatif dengan makanan tertentu, kita mungkin mengembangkan nilai negatif terhadap makanan tersebut.
- Nilai dapat memengaruhi sikap kita. Misalnya, jika kita memiliki nilai yang tinggi tentang kejujuran, kita mungkin lebih cenderung berperilaku jujur kepada orang lain.
- Sikap dapat memengaruhi rasa kita. Misalnya, jika kita memiliki sikap positif terhadap suatu aktivitas, kita mungkin lebih mungkin menikmatinya.
Memahami perbedaan antara rasa, nilai, dan sikap dapat membantu kita untuk lebih memahami diri kita sendiri dan orang lain. Hal ini juga dapat membantu kita untuk membuat keputusan yang lebih baik dan membangun hubungan yang lebih kuat.
“Rasa Ketuhanan” dalam frasa “Memanusiakan manusia dengan Rasa Ketuhanan” tidak merujuk pada emosi sesaat, melainkan pada kualitas atau kesadaran yang lebih dalam. Berikut beberapa arti dari Rasa Ketuhanan dalam konteks ini:
Kesadaran akan yang Ilahi: Ini adalah pengakuan akan keberadaan Tuhan atau kekuatan spiritual yang lebih tinggi. Ini bisa diartikan sebagai perasaan kagum, hormat, dan keterhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Memiliki Sifat-Sifat Ilahi: Rasa Ketuhanan juga berarti memiliki kualitas dan karakter yang dianggap berasal dari Tuhan, seperti kebaikan, kasih sayang, keadilan, belas kasih, dan kebijaksanaan. Dengan kata lain, ini adalah usaha untuk menjalani hidup dengan nilai-nilai moral yang tinggi.
Hubungan dengan Tujuan yang Lebih Luhur: Rasa Ketuhanan dapat diartikan sebagai perasaan memiliki tujuan dan makna hidup yang lebih dalam, yang melampaui kepentingan pribadi dan hal-hal duniawi. Ini adalah kesadaran bahwa kita adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar dan bahwa tindakan kita memiliki dampak spiritual.
Ingatlah, konsep Rasa Ketuhanan bersifat personal dan bisa berbeda pemahamannya tergantung pada kepercayaan dan pengalaman spiritual masing-masing individu. Namun, secara umum, Rasa Ketuhanan mengarah pada kualitas-kualitas yang mengangkat kita menjadi pribadi yang lebih baik dan selaras dengan nilai-nilai spiritual yang dianggap luhur.